Kamis, 28 Mei 2015

Penentuan Kerapatan Zat Cair

PENENTUAN KERAPATAN ZAT CAIR Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum “Farmasi Fisika” ini tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Praktikum Farmasi Fisika , dan kami mengucapkan terimakasih kepada: Ketua Yayasan Al-Fatah : Drs. Djoko Triono, Apt, MM Direktur AKFAR Al-fatah : Densi Selpia Sopianti, S.Far., Apt Ka. Lab Farmasetika : Gina Lestari, S.Farm.Apt Lab. Farmasetika : Sandi Oktalina, Amd.Farm Dan seluruh rekan-rekan yang telah terlibat dalam penyelesaian laporan ini. penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bengkulu, januari 2014 penulis Daftar Isi Halaman judul Kata pengantar i Daftar isi ii BAB I. Penentuan Kerapatan Zat Cair 1 BAB II. Micromiretics 9 BAB III. Dispersi Koloid 21 BAB IV. Viskositas 31 BAB V. Penentuan Tegangan Antarmuka 47 BAB VI. Ekstraksi Pelarut 53 I. TUJUAN Menentukan kerapatan zat cair. II. DASAR TEORI Massa jenis atau kerapatan. Zat merupakan karakteristik mendasar yang dimiliki zat. Kerapatan suatu zat merupakan perbandingan massa dengan volume zat itu, sehingga nilai kerapatan dapat diukur melalui pengukuran massa dan volumenya. Namun nilai kerapatan tidak bergantung pada massa zat maupun volumenya. Kerapatan zat, kecil perubahannya terhadap perubahan suhu. P=m/v Ket: P = massa jenis zat (Kg/m2) M = Massa zat (Kg) V = Volume zat (m2) Kerapatan zat cair (Fluida) Cara yang paling mudah menentukan kerapatan zat cair adalah dengan mengukur massa & volumenya dalam gelas ukur. Zat cair, seperti spiritus juga dapat ditentukan massa jenisnya dengan menggunakan piknometer. Selain dengan dua metode itu, kerapatan zat cair jua dapat ditentukan dengan neraca Mohr. Prinsip dasar yang digunakan pada neraca Mohr adalah hokum Archimedes dan syarat kesetimbangan Newton. Lengan neraca Mohr dibagi dalam 10 bagian sama panjang. Beban-beban yang digabungkan (Penunggang) mempumyai perbandingan Massa 1;0,1;0,01;0,001 , beban yang terbesar 5 gr. Benda celup digantungkan pada ujung lengan neraca, volume benda celup 5 CC terhadap titik tumpu 0, dalam keadaan neraca seimbang (EG Horizontal), jumlah momen-momen gayanya adalah nol. ∑ (momen gaya) = 0 ∑ (m.h.f.10) = 0 ∑(m.g.h – p.f.g.10) = 0 ∑(m.h) = 10.ƥ .F Sehingga nilai kerapatan fluida dapat ditentukan melalui rumus : Ƥ = (∑▒〖(m1 .h2)〗)/(10 .V) Dengan M adalah beban yang digantung pada lengan neraca & terletak pada bagian I, sedang V merupakan volume benda celup. Yang besarnya 5 CC, & Ƥ adalah massa jenis zat cair. Penentuan kerapatan zat cair dengan piknometer. Adapun keuntungan & penentuan bj dengan menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan, sedangkan kerugiannya, berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidaj teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literature. Disamping itu penentuan Bj dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi BJ suatu zat adalah : Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur BJnya dapat menguap , sehingga dapat mempengaruhi BJnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku, sehingga sulit untuk menghitung BJnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25°C (suhu kamar). Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar, maka kemungkinan BJnya juga menjadi lebih besar. Volume zat, jika volume zat besar maka BJnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, BJ molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi BJnya. III. ALAT Dan BAHAN. ALAT Piknometer Thermometer. Timbangan BAHAN Aq. Dest Alcohol 70% Alcohol 96% IV. PROSEDUR KERJA. Timbang piknometer kosong yang sudah dibersihkan = (A) Timbang piknometer + aq. Dest + tutup = (B) Bobot air, etanol 70% & 96% (B-A)=(C) Timbang piknometer + Zat (etanol 70% & 90%) = (D) Kerapatan air (ƥ air ) = 0,9960 gr.ml-1 (ketetapan). V. HASIL PERCOBAAN Percobaan I pada suhu kamar (29°C) No Sample Pikno kososng (A) Pikno + sample (B) C = A-B 1 Aq. Dest 10,593 19,77 9,18 2 Alkohol 70% 10,593 18,63 8,04 3 Alkohol 96% 10,593 17,86 7,27 Perhitungan kerapatan air (ƥ air). VP = (gr (c))/(ƥ air (gr/ml)) =(9,18 gr)/(0,9960 gr/ml -1) =9,216 ml Kerapatan alcohol (ƥ) 70% = (B-A)/VP= (18,63 - 10,593 )/(9,216 ml) =0,872 gr/ml Bj alcohol 70% = (ƥ alkohol )/(ƥ air)= (0,872 gr/ml)/(0,9960gr/ml)=0,875 Kerapatan alcohol (ƥ) 96% = (B-A)/VP=(17,86-10,593)/9,216=0,788gr/ml BJ alcohol 96% = (ƥ alkohol)/(ƥ air)= (0,788 gr/ml)/(0,9960 gr/ml)=0,79 Hasil Percobaan pada suhu 2o C No Sampel Pikno kosong/gram(A) Pikno+sampel (B) C = B - A 1 Aqua dest 10,593 19,78 9,18 2 Alkohol 70 % 10,593 18,66 8,07 3 Alkohol 96 % 10,593 17,91 7,32 Perhitungan Kerapatan air 1. Vp (volume piknometer) = (gr(c))/(⍴ air(gr/ml))=(9,18 gr)/(0,9960 gr/ml)=9,216 ml 2. Kerapatan alkohol 70% (⍴)= (B-A)/Vp=8,07/(9,216 ml)=0,875 gr/ml 3. BJ Alkohol 70% = (⍴ alkohol)/(⍴ air)=(0,875 gr/ml)/(0,9960 gr/ml)=0,878 4. kerapatan alkohol 96 % = (B-A)/Vp=7,32/(9,216 ml)=0,794 gr/ml 5. BJ Alkohol 96 %= (⍴ alkohol)/(⍴ air)=(0,794 gr/ml)/(0,9960 gr/ml)=0,797 VI. PEMBAHASAN Pada percobaan yang telah dilakukan yaitu penetapan kerapatan dan bobot jenis zat cair dan zat aktif. Dengan menggunakan piknometer dan sampel yang digunakan adalah aqua dest, alkohol 70 % dan alkohol 96% . Sebelum digunakan piknometer dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu agar tidak ada lagi partikel – partikel yang dapat mempengaruhi bobot nya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh bobot kosong . Pada penambahan sampel , harus diperhatikan baik-baik agar didalam piknometer tidak terdapat gelombang udara sebab akan mengurangi bobot sampel yang akan diperoleh. Pertama – tama piknometer kosong ditimbang ,mendapatkan hasil 10,593 gram . penimbangan dilakukan sebanyank tiga kali dan diambil data rata-ratanya saja agar mendapat hasil yang akurat. Pada percobaan menggunakan sampel aquadest dengan suhu ruangan dan suhu 2o C yaitu 19,77 dan 19,78 .kemudian dengan sampel alkohol70% diperoleh data 18,636 dan 18,66 . lalu dengan sampel alkohol 96% adalah 17,866 dan 17,91 . Setelah semuanya ditimbang , hasil yang diperoleh dicatat dan dihitung kerapatan dan berat jenisnya dari masing-masing sampel. Aqua dest : 0,9960 gr/ml-1 → 1 Alkohol 70% : 0,872 gr/ml-1→ 0,875 Alkohol 96 % : 0,791 gr/ml-1→0,794 VII. KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa suatu kerapatan dari zat akan meningkat jika suhu yang digunakan itu rendah , dan sebaliknya jika suhu suatu ruangan tersebut meningkat atau suhu yang digunakan maka kerapatan dari suatu zat itu akan rendah. Suhu ↑ kerapatan ↓ Suhu ↓ kerapatan ↑ No Suhu Aqua dest Alkohol 70% Alkohol 96 % 1 29 – 30 oC - 0,872 0,788 2 ± 2O C 0 0,872 0,794 VII . GAMBAR GRAFIK VIII. DAFTAR PUSTAKA Petunjuk Praktikum Farmasi fisika . akademi farmasi Al-fatah Bengkulu www. Jurnal Penetapan kerapatan zat cair dan zat aktif.com www. Dasar teori penetapan kerapatan zat cair .blogspot.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar