Kamis, 28 Mei 2015

Penentuan Kerapatan Zat Cair

PENENTUAN KERAPATAN ZAT CAIR Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum “Farmasi Fisika” ini tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Praktikum Farmasi Fisika , dan kami mengucapkan terimakasih kepada: Ketua Yayasan Al-Fatah : Drs. Djoko Triono, Apt, MM Direktur AKFAR Al-fatah : Densi Selpia Sopianti, S.Far., Apt Ka. Lab Farmasetika : Gina Lestari, S.Farm.Apt Lab. Farmasetika : Sandi Oktalina, Amd.Farm Dan seluruh rekan-rekan yang telah terlibat dalam penyelesaian laporan ini. penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bengkulu, januari 2014 penulis Daftar Isi Halaman judul Kata pengantar i Daftar isi ii BAB I. Penentuan Kerapatan Zat Cair 1 BAB II. Micromiretics 9 BAB III. Dispersi Koloid 21 BAB IV. Viskositas 31 BAB V. Penentuan Tegangan Antarmuka 47 BAB VI. Ekstraksi Pelarut 53 I. TUJUAN Menentukan kerapatan zat cair. II. DASAR TEORI Massa jenis atau kerapatan. Zat merupakan karakteristik mendasar yang dimiliki zat. Kerapatan suatu zat merupakan perbandingan massa dengan volume zat itu, sehingga nilai kerapatan dapat diukur melalui pengukuran massa dan volumenya. Namun nilai kerapatan tidak bergantung pada massa zat maupun volumenya. Kerapatan zat, kecil perubahannya terhadap perubahan suhu. P=m/v Ket: P = massa jenis zat (Kg/m2) M = Massa zat (Kg) V = Volume zat (m2) Kerapatan zat cair (Fluida) Cara yang paling mudah menentukan kerapatan zat cair adalah dengan mengukur massa & volumenya dalam gelas ukur. Zat cair, seperti spiritus juga dapat ditentukan massa jenisnya dengan menggunakan piknometer. Selain dengan dua metode itu, kerapatan zat cair jua dapat ditentukan dengan neraca Mohr. Prinsip dasar yang digunakan pada neraca Mohr adalah hokum Archimedes dan syarat kesetimbangan Newton. Lengan neraca Mohr dibagi dalam 10 bagian sama panjang. Beban-beban yang digabungkan (Penunggang) mempumyai perbandingan Massa 1;0,1;0,01;0,001 , beban yang terbesar 5 gr. Benda celup digantungkan pada ujung lengan neraca, volume benda celup 5 CC terhadap titik tumpu 0, dalam keadaan neraca seimbang (EG Horizontal), jumlah momen-momen gayanya adalah nol. ∑ (momen gaya) = 0 ∑ (m.h.f.10) = 0 ∑(m.g.h – p.f.g.10) = 0 ∑(m.h) = 10.ƥ .F Sehingga nilai kerapatan fluida dapat ditentukan melalui rumus : Ƥ = (∑▒〖(m1 .h2)〗)/(10 .V) Dengan M adalah beban yang digantung pada lengan neraca & terletak pada bagian I, sedang V merupakan volume benda celup. Yang besarnya 5 CC, & Ƥ adalah massa jenis zat cair. Penentuan kerapatan zat cair dengan piknometer. Adapun keuntungan & penentuan bj dengan menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan, sedangkan kerugiannya, berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidaj teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literature. Disamping itu penentuan Bj dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi BJ suatu zat adalah : Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur BJnya dapat menguap , sehingga dapat mempengaruhi BJnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku, sehingga sulit untuk menghitung BJnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25°C (suhu kamar). Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar, maka kemungkinan BJnya juga menjadi lebih besar. Volume zat, jika volume zat besar maka BJnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, BJ molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi BJnya. III. ALAT Dan BAHAN. ALAT Piknometer Thermometer. Timbangan BAHAN Aq. Dest Alcohol 70% Alcohol 96% IV. PROSEDUR KERJA. Timbang piknometer kosong yang sudah dibersihkan = (A) Timbang piknometer + aq. Dest + tutup = (B) Bobot air, etanol 70% & 96% (B-A)=(C) Timbang piknometer + Zat (etanol 70% & 90%) = (D) Kerapatan air (ƥ air ) = 0,9960 gr.ml-1 (ketetapan). V. HASIL PERCOBAAN Percobaan I pada suhu kamar (29°C) No Sample Pikno kososng (A) Pikno + sample (B) C = A-B 1 Aq. Dest 10,593 19,77 9,18 2 Alkohol 70% 10,593 18,63 8,04 3 Alkohol 96% 10,593 17,86 7,27 Perhitungan kerapatan air (ƥ air). VP = (gr (c))/(ƥ air (gr/ml)) =(9,18 gr)/(0,9960 gr/ml -1) =9,216 ml Kerapatan alcohol (ƥ) 70% = (B-A)/VP= (18,63 - 10,593 )/(9,216 ml) =0,872 gr/ml Bj alcohol 70% = (ƥ alkohol )/(ƥ air)= (0,872 gr/ml)/(0,9960gr/ml)=0,875 Kerapatan alcohol (ƥ) 96% = (B-A)/VP=(17,86-10,593)/9,216=0,788gr/ml BJ alcohol 96% = (ƥ alkohol)/(ƥ air)= (0,788 gr/ml)/(0,9960 gr/ml)=0,79 Hasil Percobaan pada suhu 2o C No Sampel Pikno kosong/gram(A) Pikno+sampel (B) C = B - A 1 Aqua dest 10,593 19,78 9,18 2 Alkohol 70 % 10,593 18,66 8,07 3 Alkohol 96 % 10,593 17,91 7,32 Perhitungan Kerapatan air 1. Vp (volume piknometer) = (gr(c))/(⍴ air(gr/ml))=(9,18 gr)/(0,9960 gr/ml)=9,216 ml 2. Kerapatan alkohol 70% (⍴)= (B-A)/Vp=8,07/(9,216 ml)=0,875 gr/ml 3. BJ Alkohol 70% = (⍴ alkohol)/(⍴ air)=(0,875 gr/ml)/(0,9960 gr/ml)=0,878 4. kerapatan alkohol 96 % = (B-A)/Vp=7,32/(9,216 ml)=0,794 gr/ml 5. BJ Alkohol 96 %= (⍴ alkohol)/(⍴ air)=(0,794 gr/ml)/(0,9960 gr/ml)=0,797 VI. PEMBAHASAN Pada percobaan yang telah dilakukan yaitu penetapan kerapatan dan bobot jenis zat cair dan zat aktif. Dengan menggunakan piknometer dan sampel yang digunakan adalah aqua dest, alkohol 70 % dan alkohol 96% . Sebelum digunakan piknometer dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu agar tidak ada lagi partikel – partikel yang dapat mempengaruhi bobot nya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh bobot kosong . Pada penambahan sampel , harus diperhatikan baik-baik agar didalam piknometer tidak terdapat gelombang udara sebab akan mengurangi bobot sampel yang akan diperoleh. Pertama – tama piknometer kosong ditimbang ,mendapatkan hasil 10,593 gram . penimbangan dilakukan sebanyank tiga kali dan diambil data rata-ratanya saja agar mendapat hasil yang akurat. Pada percobaan menggunakan sampel aquadest dengan suhu ruangan dan suhu 2o C yaitu 19,77 dan 19,78 .kemudian dengan sampel alkohol70% diperoleh data 18,636 dan 18,66 . lalu dengan sampel alkohol 96% adalah 17,866 dan 17,91 . Setelah semuanya ditimbang , hasil yang diperoleh dicatat dan dihitung kerapatan dan berat jenisnya dari masing-masing sampel. Aqua dest : 0,9960 gr/ml-1 → 1 Alkohol 70% : 0,872 gr/ml-1→ 0,875 Alkohol 96 % : 0,791 gr/ml-1→0,794 VII. KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa suatu kerapatan dari zat akan meningkat jika suhu yang digunakan itu rendah , dan sebaliknya jika suhu suatu ruangan tersebut meningkat atau suhu yang digunakan maka kerapatan dari suatu zat itu akan rendah. Suhu ↑ kerapatan ↓ Suhu ↓ kerapatan ↑ No Suhu Aqua dest Alkohol 70% Alkohol 96 % 1 29 – 30 oC - 0,872 0,788 2 ± 2O C 0 0,872 0,794 VII . GAMBAR GRAFIK VIII. DAFTAR PUSTAKA Petunjuk Praktikum Farmasi fisika . akademi farmasi Al-fatah Bengkulu www. Jurnal Penetapan kerapatan zat cair dan zat aktif.com www. Dasar teori penetapan kerapatan zat cair .blogspot.html

Spektrofotometri UV - Vis

MAKALAH FITOKIMIA Spektrofotometri Sinar Tampak dan Ultraviolet Dosen Pembimbing : Betna Dewi S.Si., Apt. Nama-Nama Kelompok 3 : Miliyance Nila Yusmiati Nurmaili Prawido Andriadi Putri Agus Malinda Rasda Junita Suci Wulandari Sigit Pamuji Kelas : B.3 AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU 2014 Daftar Isi Halaman Judul Kata Pengantar i Daftar Isi ii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 1 BAB II. PEMBAHASAN 2.1 Spektrofotometri 2 2.2 Spektrofotometer UV-Vis 3 2.3 Absorbsi 4 2.4 Cara kerja spektrofotometer 5 2.5 Keuntungan Spektrofotometer 5 2.6 Komponen-komponen Pada spektrofotometer 6 2.7 Tipe Instrumen Spektrofotometer 8 BAB III. KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan 9 Daftar Pustaka Kata Pengantar Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul Spektrofotometri Sinar Tampak dan Ultraviolet. Makalah Spektrofotometri Sinar Tampak dan Ultraviolet ini merupakan tugas mata kuliah Kimia Dasar II. Melalui makalah yang berjudul Spektrofotometri Sinar Tampak dan Ultraviolet ini yang diharapkan dapat menunjang nilai penulis di dalam mata kuliah Kimia Dasar II. Selain itu, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Mujianto, MP. selaku dosen pembimbing serta kepada seluruh pihak yang terlibat di dalam penulisan makalah Spektrofotometri Sinar Tampak dan Ultraviolet ini. Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Bengkulu,05 Juni 2014 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin kompleksisitas berbagai keperluan saat ini, analisis kimia dengan mempergunakan metoda fisik dalam hal identifikasi dari berbagai selektifitas fungsi polimer campuran, pemodifikasi dan aditif digunakan untuk plastik dan elastomer. Spektroskopi infra merah, metoda pengukuran fotometer UV, gas dan liquid kromatografi dan spektroskopi masa bersama sama dengan dari metoda pengukuran termoanalisis (DSC-TGA) merupakan alat yang teliti sebagai pilihan untuk analisis kwalitatif dan kwantitatif bahan. Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam spektrofometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron yang adapada atom ataupun molekul yang bersangkutan. Para kimiawan telah lama menggunakan bantuan warna sebagai bantuan dalam mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai suatu perluasan pemeriksaan visual yang dengan studi lebih mendalam dari absorpsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya pengukuran ciri-ciri serta kuantitatifnya dengan ketelitian lebih besar (Day dan Underwood, 1993). 1.2 Tujuan a. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Dasar II. b. Mengetahui Komponen Spektrofotometer UV/VIS. c. Mengetahui Fungsi dari Bagian-Bagian Spektrofotometer UV/VIS. d. Mengetahui Cara Kerja Spektrofotometer UV/VIS. e. Mengetahui Keuntungan Analisis Secara Spektrofotometer UV/VIS. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Spektrofotometri Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan spektrofotometer. Spektriofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar SM,1990). 2.2 Spektrofotometer UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektroskopi UV/VIS merupakan metode penting yang mapan, andal dan akurat. Dengan menggunakan spektroskopi UV/VIS, substansi tak dikenal dapat diidentifikasi dan konsentrasi substansi yang dikenal dapat ditentukan. Pelarut untuk spektroskopi UV harus memiliki sifat pelarut yang baik dan memancarkan sinar UV dalam rentang UV yang luas. Spektrofotometer Uv-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbsi antara cuplikan dengan blanko ataupun pembanding. Spektrofotometer Uv-Vis merupakan spektrofotometer yang digunakan untuk pengukuran didaerah ultra violet dan didaerah tampak. Semua metode spektrofotometri berdasarkan pada serapan sinar oleh senyawa yang ditentukan, sinar yang digunakan adalah sinar yang semonokromatis mungkin. Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa. Spektrofotometri UV/Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spetrofotometer UV/Vis lebih banyak dpakai ntuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif. Spektrofotometri UV-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200–350 nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. 2.3 Absorbsi Absorbsi cahaya UV-Vis mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi electron-electron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Energi yang terserap kemudian terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorbsi cahaya tampak dan radiasi ultraviolet meningkatkan energi elektronik sebuah molekul, artinya energi yang disumbangkan oleh foton-foton memungkinkan electron-electron itu mengatasi kekangan inti dan pindah ke luar ke orbital baru yag lebih tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak karena mereka mengandung electron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Absorbsi untuk transisi electron seharusnya tampak pada panjang gelombang diskrit sebagai suatu spectrum garis atau peak tajam namun ternyata berbeda. Spektrum UV maupun tampak terdiri dari pita absorbsi, lebar pada daerah panjang gelombang yang lebar. Ini disebabkan terbaginya keadaan dasar dan keadaan eksitasi sebuah molekul dalam subtingkat-subtingkat rotasi dan vibrasi. Transisi elektronik dapat terjadi dari subtingkat apa saja dari keadaan dasar ke subtingkat apa saja dari keadaan eksitasi. Karena berbagi transisi ini berbeda energi sedikit sekali, maka panjang gelombang absorpsinya juga berbeda sedikit dan menimbulkan pita lebar yang tampak dalam spectrum itu. Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi. Satuan a ditentukan oleh satuan-satuan b dan c. Jika satuan c dalam molar (M) maka absorptivitas disebut dengan absorptivitas molar dan disimbolkan dengan ε dengan satuan M -1cm-1 atau liter.mol-1cm-1. Jika c dinyatakan dalam persen berat/volume (g/100mL) maka absorptivitas dapat ditulis dengan E1%1cmA1%1cm (Gandjar dan Rohman, 2007). 2.4 Cara kerja spektrofotometer Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah sebagai berikut. Tempatkan larutan pembanding, misalnya blangko dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih foto sel yang cocok 200nm-650nm (650nm-1100nm) agar daerah λ yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang foto sel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer didapat dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buka fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blangko dan “nol” galvanometer didapat dengan memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi, kemudian atur besarnya pada 100%. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis. Skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel. 2.5 Keuntungan Spektrofotometer Keuntungan dari spektrofotometer adalah yang pertama penggunaannya luas, dapat digunakan untuk senyawa anorganik, organik dan biokimia yang diabsorpsi di daerah ultra lembayung atau daerah tampak. Kedua sensitivitasnya tinggi, batas deteksi untuk mengabsorpsi pada jarak 10-4 sampai 10-5 M. Jarak ini dapat diperpanjang menjadi 10-6 sampai 10-7 M dengan prosedur modifikasi yang pasti. Ketiga selektivitasnya sedang sampai tinggi, jika panjang gelombang dapat ditemukan dimana analit mengabsorpsi sendiri, persiapan pemisahan menjadi tidak perlu. Keempat, ketelitiannya baik, kesalahan relatif pada konsentrasi yang ditemui dengan tipe spektrofotometer UV-Vis ada pada jarak dari 1% sampai 5%. Kesalahan tersebut dapat diperkecil hingga beberapa puluh persen dengan perlakuan yang khusus. Dan yang terakhir mudah, spektrofotometer mengukur dengan mudah dan kinerjanya cepat dengan instrumen modern, daerah pembacaannya otomatis (Skoog, DA, 1996). 2.6 Komponen-komponen Pada spektrofotometer Yang pertama adalah sumber cahaya, Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi.Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjanggelombang ( λ) adalah 350 – 2200 nanometer (nm). sumber cahaya ini digunakan untuk radiasi kontinyu: • Untuk daerah UV dan daerah tampak • Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan Panjang gelombang (nm) Warna Warna Komplementer 400 – 435 Lembayung (violet) Kuning-hijau 435 – 480 Biru Kuning 480 – 490 Hijau-biru Jingga 490 – 500 Biru-hijau Merah 500 – 560 Hijau Ungu (purple) 560 – 580 Kuning-hijau Lembayung (violet) 580 – 595 Kuning Biru 595 – 610 Jingga Hijau-biru 610 – 750 Merah Biru-hijau Tabel 4. Spektrum Tampak dan Warna-warna Komplementer Tabel 5. Spektrum cahaya tampak (visible) Warna Intervalλ Intervalν Red 625 to 740 nm 480 to 405 THz Orange 590 to 625 nm 510 to 480 THz Yellow 565 to 590 nm 530 to 510 THz Green 520 to 565 nm 580 to 530 THz Cyan 500 to 520 nm 600 to 580 THz Blue 430 to 500 nm 700 to 600 THz Violet 380 to 430 nm 790 to 700 THz Hal kedua yang diperlukan adalah pembaur cahaya yang kerennya disebut monokromator yang di video memberikan sinar pelangi, karena dari sana lah kemudian kita bisa memilih panjang gelombang yang diinginka/diperlukan. Pada video yang diperlihatkan sinar tampak atau untuk spektro visible, tapi untuk UV pun kerjanya sama, hanya saja tidak akan terlihat oleh mata kita. Hal ketiga adalah tempat sampel atau kuvet, pada praktikum tempat meletakan kuvet ada dua karena alat yang dipakai tipe double beam, disanalah kita menyimpan sample dan yang satu lagi untuk blanko. Pada pengukuran di daerah sinar tampak digunakan kuvet kaca dan daerah UV digunakan kuvet kuarsa serta kristal garam untuk daerah IR. Keempat adalah detektor atau pembaca cahaya yang diteruskan oleh sampel, disini terjadi pengubahan data sinar menjadi angka yang akan ditampilkan pada reader (komputer). Komponen lain yang nampak penting adalah cermin-cermin dan tentunya slit (celah kecil) untuk membuat sinar terfokus dan tidak membaur tentunya, jadi satu hal penting dalam pekerjaan dengan spektrofotometer Uv-Vis adalah harus dihindari adanya cahaya yang masuk ke dalam alat, biasanya pada saat menutup tenpat kuvet, karena bila ada cahaya lain otomatis jumlah cahaya yang diukur menjadi bertambah. 2.6 Tipe Instrumen Spektrofotometer Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer, yaitu single-beam dan double-beam. gambar Single-beam instrument dan Double-beam instrument 1. Single-beam instrument Single-beam instrument dapat digunakan untuk kuantitatif dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tunggal. Single-beam instrument mempunyai beberapa keuntungan yaitu sederhana, harganya murah, dan mengurangi biaya yang ada merupakan keuntungan yang nyata. Beberapa instrumen menghasilkan single-beam instrument untuk pengukuran sinar ultra violet dan sinar tampak. Panjang gelombang paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi adalah 800 sampai 1000 nm (Skoog, DA, 1996). 2. Double-beam instrument Double-beam dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190 sampai 750 nm. Double-beam instrument dimana mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati larutan blangko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel, mencocokkan foto detektor yang keluar menjelaskan perbandingan yang ditetapkan secara elektronik dan ditunjukkan oleh alat pembaca (Skoog, DA, 1996).   BAB III KESIMPULAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penulisan “Spektrofotometri Sinar Tampak dan Ultraviolet”, dapat diambil kesimpulan bahwa: Ø Spektofotometri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Ø dapat dipakai untuk tujuan analisis kualitatif (data sekunder) dan kuatitatif. Ø Spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengadsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat pengukur perbedaan adsorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. Daftar Pustaka Ahmad, 1997, Kimia Dasar, Prinsip, dan Terapan Modern. Jakarta : Erlangga. Aisyah, 1998. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia. Arthur, 1996. Kimia Anorganik. Jakarta: Erlangga. Basari, 1997. Kimia Dasar. Kudus : PT. Gunung Muria. Lowry, O. H., N. J., Rosebrough, A. L., Farr, R. J. Randall. 1951. Protein measurement with the folin phenol reagent. J. Biol. Chem. 193-265. Polling, 1996. Panduan Prantikum. Bandung : CV. Manggala Offset. http://zaidanalrazi.blogspot.com/2012/04/spectrofotometrer-uv-vis.html http://catatankimia.com/catatan/spektofotometri-uv-vis.html http://pangestu-ayupangestu.blogspot.com/2011/12/spektrofotometer-uv-vis.html http://aaknasional.wordpress.com/2012/06/08/spektrofotometer-uv-vis/