MAKALAH KIMIA DASAR ~ KOMPLEKSOMETRI
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Kompleksometri” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk
memberikan penjelasan tentang materi kimia dasar kompleksometri.
penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bengkulu, Desember 2012
penulis
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata pengatar………………………………………………………………………….. i
Daftar
isi………………………………………………………………………………. ii
Bab I
Pendahuluan
I.1.Latar
belakang…………………………………………………………………. 1
I.2.
Tujuan………………………………………………………………………… 1
I.3.
Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1
Bab II Pembahasan
II.1. Kompleksometri………………………………………………………..……. 2
II.2. Jenis-jenis Ligan
(pentiter)…………………………………………………... 2
II.3. Pengaruh PH………………………………………………………….……… 3
II.4. Indikator Logam……………………………………………………………... 3
II.5.
Beberapa indikator yang paling
banyak digunakan
dalam titrasi kompleksometri……………………………….………………… 4
II.6. Titrasi Langsung……………………………………………………….….. 5
II.7. Titrasi
Kembali……………………………………………………………… 5
II.8. Titrasi
Substitusi…………………………………………………………….. 6
Bab III Penutup
III.1.
Kesimpulan……………………………………………………………….… 7
III.2.
Saran……………………………………………………………………….. 7
Daftar pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Titrasi kompleksometri adalah
penetapan kadar zat berdasarkan atas pembentukkan senyawa kompleks yang larut,
yang berasal dari reaksi antara ion logam / kation (komponen zat uji) dengan
zat pembentuk kompleks sebagai ligan (pentiter). Salah satu zat pembentuk
kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam
dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak
kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1.
Suatu
titik ekivalen segera tercapai dalam titrasi dan akhirnya titrasi
kompleksometri dapat digunakan untuk penentuan beberapa logam pada operasi
skala semi-mikro.
Oleh sebab itu, kami membuat makalah
tentang “kompleksometri” ini yang diharapkan dapat memberi penjelasan tentang
segala seuatu yang berhubungan dengan kompleksometri serta semoga dapat memberi
manfaat bagi semua pihak.
I.2. Tujuan Masalah
Ø untuk
menyelesaikan tugas Kimia dasar
Ø untuk
mengetahui apa itu kompleksometri
I.3. Rumusan Masalah
Ø apa
itu kompleksometri ?
Ø indikator
apa saja yang bisa di gunakan dalam titarsi kompleksometri?
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah penetapan
kadar zat berdasarkan atas pembentukkan senyawa kompleks yang larut, yang
berasal dari reaksi antara ion logam / kation (komponen zat uji) dengan zat
pembentuk kompleks sebagai ligan (pentiter).
Salah satu zat pembentuk kompleks
yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium
etilendiamina tetra asetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation
membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1
Contoh reaksi titrasi kompleksometri :
Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
II.2. Jenis-Jenis Ligan (pentiter)
1. Unidentat
Ligan yang
mempunyai 1 gugus donor pasangan elektron.
Contoh : NH3, CN.
2. Bidentat
Ligan yang
mempunyai 2 gugus donor pasangan elektron.
Contoh : Etilendiamin.
3. Polidentat
Ligan yang mempunyai banyak gugus
donor pasangan elektron.
Contoh : asam
etilendiamintetraasetat (EDTA).
II.3. Pengaruh pH
1. Suasan terlalu asam
Proton yang dibebaskan pada reaksi
yang terjadi dapat mempengaruhi pH, dimana jika H+ yang dilepaskan terlalu
tinggi, maka hal tersebut dapat terdisosiasi sehingga kesetimbangan
pembentukkan kompleks dapat bergeser ke kiri, karena terganggu oleh suasana
system titrasi yang terlalu asam.
Pencegahan : sistem titrasi perlu didapar untuk
mempertahankan pH yang diinginkan.
2. Suasana terlalu basa
Bila pH system titrasi terlalu basa,
maka kemungkinan akan terbentuk endapan hidroksida dari logam yang bereaksi.
Mn+
+ n(OH) à
M(OH)n ↓
Sehingga jika pH terlalu basa, maka reaksi kesetimbangan
akan bergeser ke kanan, sehingga pada suasana basa yang banyak akan terbentuk
endapan.
II.4. Indikator Logam
Senyawa yang dapat membentuk
kompleks dengan suatu ion logam, dan larutan indikator bebas yang mempunyai
warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator.
Syarat-syarat indikator logam
1. Stabilitas dari ikatan kompleks
indikator-logam harus lebih rendah daripada ikatan kompleks logam-EDTA.
2. Terjadi perubahan warna pada range
pH yang ditetapkan, dimana terjadi pembentukan kompleks stabil.
3. Perubahan warna terjadi oleh adanya
indicator bebas dari kompleks logam dalam larutan, karena sejumlah eqivalen
EDTA ditambahkan untuk membentuk kompleks logam-EDTA.
Beberapa indikator yang paling
banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
1. Eriochrom Black-T (EBT)
Merupakan asam lemah, tidak stabil
dalam air karena senyawa organic ini merupakan gugus sulfonat yang mudah
terdisosiasi sempurna dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasi
lambat dalam air.
Penggunaan :
Penentuan kadar Ca, Mg, Cd, Zn, Mn, Hg.
2. Murexide
Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+,
pada pH=12.
3. Jingga Xylenol
Kompleks dengan logam memberikan
warna merah.
4. Calmagite
5. Tiron
6. Violet cathecol
Beberapa indikator logam sering
menglami penguraian apabila dilarutkan dalam air. Sehingga stabilitas di dalam
larutan rendah sekali. Oleh karena itu, dalam prakteknya sering dibuat
pengenceran dengan NaCl atau KNO3 dengan perbandingan 1:500.
II.5. Macam-Macam Titrasi
kompleksometri
A. Titrasi Langsung
1. Prinsip :
Ion logam yang berada dalam larutan
dititrasi langsung oleh EDTA dengan menggunakan indikator yang sesuai.
2. Perhatian :
Perlu dilakukan titrasi blanko untuk
memeriksa adanya senyawa pengotor logam dalam pereaksi, karena pengotor logam
dapat bereaksi dengan EDTA sehingga dikhawatirkan dapat membentuk kompleks
logam-EDTA, karena sifat EDTA yang tidak spesifik.
B. Titrasi Kembali
1. Prinsip :
Dilakukan jika penentuan TA secara
titrasi langsung tidak mungkin.
2. Penggunaan :
Ø Digunakan
untuk penentuan logam yang mengendap sebagai hidroksida/senyawa yang tidak
larut pada pH kerja titrasi. Seperti : Pb-sulfat dan Ca-oksalat.
Ø Digunakan
untuk logam yang bereaksi lambat dengan EDTA, dimana pembentukan kompleks
logam-EDTA terjadi sangat lambat dan labil pada pH titrasi.
Ø Tidak
ada indikator yang sesuai.
3. Cara titrasi kembali :
Larutan yang mengandung logam
ditambah EDTA berlebih, lalu system titrasi didapar pada pH yang sesuai,
kemudian dipanaskan (untuk mempercepat terbantuknya kompleks). Setelah dingin,
kelebihan EDTA dititrasi kembali dengan larutan baku Zn2+ (ZnCl2, ZnSO4, ZnO)
atau larutan baku logam Mg2+ (MgO, MgSO4).
C. Titrasi Subtitusi
Prinsip :
a) Dipilih titrasi substitusi jika cara titrasi langsung dan
titrasi kembali tidak dapat memberikan hasil yang baik.
b)
Dipilih jika ion logam tidak
bereaksi sempurna dengan indikator logam.
c)
Stabilitas kompleks logam-EDTA lebih
besar dibandingkan dengan stabilitas kompleks logam lain, seperti : Mg2+ atau
Zn2+ (Mg-EDTA dan Zn-EDTA).
BAB
III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
kompleksometri
adalah penetapan kadar yang berdasarkan atas pembentukan, senyawa kompleks yang
larut, yang berasal dari reaksi kation dengan zat pembentuk kompleks sebagai
ligan (pentiter) dengan jenis-jenis ligan yaitu unidentat, bidentat,
polidentat, dengan memperhatikan pengaruh PH (keasaman), beberapa indicator
yang di gunakan, dan beragam cara titrasi.
III.2. Saran
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan. Jadi,
bagi pembaca di harapkan dapat memberikan kritik dan saran yang membangun, agar penulis bisa lebih baik lagi dalam membuat/menyusun makalah selanjutnya.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus