KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, penulis memanjatkan puji dan syukur kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-NYA penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum dengan judul :”Urinalisis”.
Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah praktkum patologi klinik.
Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada :
Bapak Dr.Hadi sunaryo,M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA Jakarta.
Ibu koriyati,M.Farm.,Apt selaku Ketua Program Study Farmasi FFS UHAMKA.
Ibu Nurhasnah,M.Farm.,Apt selaku pembimbing.
Assisten dosen yang bertugas.
BApak dan ibu tercinta ats doa dan dorongan semangat nya kepada penulis, baik moril maupun materi serta kepada kakak dan adik-adik tercinta, yang banyak memberikan dukungan kepada penulis.
Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa pada penulisan ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu saran dan keritik dari pembaca sangat penulis harapkan.penulis berharap laporan ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Jakarta, September 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebihan urine dari penyaringan unsur-unsur plasma.Urine atau urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan) (Tuti kurniati, 2009).
Urin dibentuk oleh penggabungan 3 proses yaitunya 1). fikrasi plasma darah oleh glomerulus. 2) Absorpsi kembali selektif zat-zat seperti garam, air, gula sederhana dan asam amino oleh tubulus yang diperlukan untuk mempertahankan lingkungan internal atau untuk membantu proses-proses metabolik; dan 3) Sekresi zat-zat oleh tubulus dari darah ke dalam lumen tubulus untuk dieksresikan ke dalam urin. Proses ini mengikutsertakan penahanan kalium, asam urat, anion organik, dan ion hidrogen. Tugasnya untuk memperbaiki komponen buffer darah dan untuk mengeluarkan zat-zat yang mungkin merugikan.
Unit anatomi yang melakukan fungsi ini adalah nefron.Tiap-tiap ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron.Darah dihantarkan dari aorta melalui arteri renalis dan cabang-cabang arteria renalis ke arterioli afferen.Tepat distal dari stuktur ini adalah glomerulus, suatu jaringan kapiler yang menyerupai jumbai yang terdiri atas unit penyaringan. Kapiler ini bergabung untuk membentuk arteriole efferen, suatu pembuluh darah dengan dinding ototyang karenanya mampu mengubah diameter lumennya.Arteriole efferen segera membagi lagi menjadi kapiler kedua yang mengelilingi bagian lainnya dari nefron.
System urin terdiri dari ginjal, ureter, kantong kemih dan uretra dengan menghasilkan urin yang membawa serta berbagai produk sisa metabolisme untuk dibuang. Ginjal juga berfungsi dalam pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh dan merupakan tempat pembuangan hormon rennin dan eritropitin.Renin ikut berperan dalam pengaturan tekanan darah dan eritropitin berperan dalam merangsang produksi sel darah merah.Urin juga dihasilkan oleh ginjal berjalan melalui ureter ke kantung kemih melalui uretra.
Sistem urinaria yaitu suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah, sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dikeluarkan berupa urin (air kemih). Susunan sistem urinaria ini yaitu : Ginjal – ureter – vesica urinaria – ureter – urine. Komposisi dari urine yaitu terdiri dari kira-kira 95 % air, zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak, dan kreatinin, elektrolit natreium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat, juga terdiri dari pigmen (bilirubin, urobilin) toksin dean hormone. Didalam urine terdapat berbagai macam urine, hal ini terggantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urine.Kristal-kristal yang ditemukan dalam urine ini sangat lah wajar.
Berbagai kasus tentang gangguan pada ginjal dan organ vital lainnya seperti gangguan pada hati,empedu dan limfa. Pemeriksaan laboratorium urine dapat menjadi penegak diagnosa pada kelainan yang mendapatkan diagnosa ragu-ragu berdasarkan gejala klinis, selin itu pada gangguan ginjal seringkali kelainan-kelainan tersebut bersifat subklinis sehingga sulit dilakukan diagnosa, oleh karena itu perluh diketahui bagaimana melakukan pemeriksaan laboratorium urin secara sederhana sehingga mahasiswa mampu melakukan penilaian terhadap kelainan-kelainan yang dapat diidentifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan urine. maka dari itu pada praktikum ini terdapat dua metode pemeriksaan yang digunakan yaitu dengan metode dipstrik, dan dengan mikroskopis.
Tujuan Praktikum
1.2. 1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk sebagai berikut :
Untuk mengetahui temuan-temuan pada urin dengan menggunakan metode dipstrik.
Untuk mengetahui temuan-temuan pada urin dengan menggunakan mikroskop.
1.2.2 Manfaat Penelitian
Dapat mengetahui kandungan dari urin dan temuan yang dapat terlihat pada urin dengan menggunakan dipstrik dan mikroskopik.
Dapat mengetahui kelainan-kelainan pada hewan dengan melihat hasil pemeriksaan urine.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Urinalisis adalah analisis fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urin. Urinalisis berguna untuk mendiagnosis penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolik yang tidak berhubungan dengan ginjal. Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra pada betina, dan kontaminan uretra pada jantan dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu dilakukan pembuangan beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. organ genetal hewan juga perluh dibersihkan sebelum melakukan penampungan urine agar bakteri atau mikroorganisme pada organ genetil luar tidak ikut didalam urine yang akan ditampung. maka dari itu pengambilan urine dapat dilakukan dengan pemasangan kateterisasi dan dengan cara memasukkan IV kateter langsung kedalam vesica urinaria.
Pengambilan urine yang tepat adalah urine yang segar, dan paling lambat 1 jam sebelum dilakukan urinalisis, karena terdapat beberapa temuan yang akan menghasilkan positif palsu apabila pengambilan urine yang tidak sesuai. dalam melakukan penampungan urine Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin yang mengandung antiseptik.
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah pengambilan urine. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap.
Pemeriksaan urine dapat dilakukan dengan menggunakan dipstrik dan dapat juga dilakukan dengan pembuatan preparat pada objekglass. pemeriksaan urine dengan menggunakan dipstrik memiliki prinsip Kombinasi indikator methyl red dan bromthymol blue yang terkandung pada carik memungkinkan perubahan warna carik sesuai dengan pH urin. Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jugadapat mempengaruhi pH urine. Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi.
Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
pH basa dipengaruhi oleh alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
pH asam dipengaruhi oleh ketosis (diabetes, kelaparan), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.
Pada pemeriksaan bilirubin prinsip metode dipstrik ialah Bilirubin dengan garam diazonium (2-6 diclorobenzene-diazonium floroborat) dalam suasana asam membentuk azobilirubin yang berwarna merah violet. Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.
Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air dan diekskresikan ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diekskresikan ke dalam urin.
Prinsip kerja yang digunakan metode dipstrik pada pemeriksaan protein ialah: 3’3’5’5’tetrachlorofenol-3,4,5,6 tetrabromosulfo-phtalein (bufer) dengan protein akan membentuk senyawa berwarna hijau muda sampai hijau tua. Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama melakukan exerzise, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan pertanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
ALAT
Tabung reaksi.
Rak tabung reaksi.
pH indicator.
Pignometer.
Timbangan analitik.
Gelas ukur.
Tabung biuret.
Pinset.
Spatel.
Pemanas spritus.
BAHAN
Larutan benedict.
Larutan biuret.
Urin.
Asam sulfosalisilat.
Prosedur kerja
Makroskopis
Amati sampel urine meliputi warna, kejernihan, bau.
Pemeriksaan carik celup
Uji ph
Masukan sampel 5 ml kedalam tabung reaksi terus masukan pH indicator dan ukur pH.
Uji protein
5 ml urin kedalam tabung reaksi tambahkan asam sulfanilat 8 tetes kocok amati. Kalau jernih berarti negative protein dan keruh positive protein.
Uji glukosa
5 ml urin ditambahkan 5 ml pereaksi benedict panaskan apabila terjadi endapan positive protein .
Uji BJ
25 ml urin masukan ke dalam gelas ukur terus masukan tabung biuret ke dalam gels ukur, ukur skala.
Uji piknometer
Timbang pignometer kering, catat hasil. (W1)
Timbang pignometer + air, catat hsil.(W2)
Timbang piknometer+urin, catat hsil.(W3)
Rumus = (w3-w1)/(w2-w1)=
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Hasil praktikum makroskopis urin
No. Nama mahasiswa Uji warna Uji kejernihan Bau urin
1. Mawar Kuning muda Jernih Amoniak
2. Firdan Kuning muda Jernih Amoniak
3. Diana Kuning muda Jernih Amoniak
4. Azrul Kuning tua Jernih Amoniak
5. Nurul Kuning tua Jernih Amoniak
Hasil praktikum analisa urin
No.
Mahasiswa
BJ (pignometer)
Uji benedict
Tes carik celup
Uji protein (asam sulfo salisilat 20%)
Glukosa protein pH
1. Mawar 1,002 + - _ 6 Jernih
2. Firdan 1,018 + + _ 6 Jernih
3. Diana 1,013 + _ _ 6 Jernih
4. Azrul 1,03 + _ _ 6 Jernih
5. Nurul 1,018 + _ _ 6 Jernih
PEMBAHASAN
Urin adalah salah satu hasil ekskresi dari organ ginjal. Urin terbentuk melalui 3 tahap yaitu proses filtrasi, reabsorpsi dan augmentasi. Setelah ketiga tahap tersebut selesai maka urin akan masuk ke pelvis/rongga => ureter => kantong urin/vesika urinaria => uretra dan selanjutnya akan dikeluarkan. Setiap hasil ekskresi yang dikeluarkan oleh organ tertentu mengandung beberapa zat seperti keringat: air, garam, urea, dll. Begitu juga dengan hasil ekskresi organ ginjla yaitu urin. Untuk mengetahui kandungan yang ada dalam urin maka dilakukan uji kandungan urin, yaitu:
1. Uji pH
Uji pH urin dilakukan dengan memasukkan kertas indicator pH universal ke dalam urin dan mengamati perubahan warnanya. Ternyata urin yang diuji mempunyai pH=8 yang artinya basa. Karena jika pH asam, pH=7 =>netral, pH>7 =>basa. Basa tersebut disebabkan adanya urea, amoniak dan beberapa zat lainnya yang terkandung dalam urin yang mempunyai sifat basa. Seharusnya urin normal bersifat netral (pH=7).
2. Uji protein
Urin yang diuji untuk mengetahui ada tidaknya protein, setelah melalui tahap pemberian 5 tetes biuret ternyata berubah warna menjadi kuning kehitaman/cokelat gelap. Jika urin = 5 tetes biuret berubah menjadi ungu maka dapat dipastikan urin mengandung protein. Karena urin yang diuji tidak berwarna ungu maka urin tidak mengandung protein. Tetapi jika urin mengandung protein, ini ada ketidakberesan pada ginjal orang yang urinnya diuji. Seharusnya, ginjal yang normal tidak akan meloloskan protein bersama urin. Protein (asam amino) pada ginjal yang normal, akan diserap pada proses filtrasi sebab protein (asam amino) termasuk zat yang berguna bagi tubuh. Selain itu jika ada protein (asam amino) yang masih berada pada urin primer, pada tahap re-absorpsi tepatnya di bagian Tubulus Kontortus Proksimal, semua protein (asam amino) sudah harus diserap oleh tubuh. Artinya, urin yang dikeluarkan sudah tidak lagi mengandung protein. Jadi, jika hasil praktikum menunjukkan adanya kandungan protein dalam urin, maka ginjal orang yang urinnya diuji mengalami masalah terutama pada Tubulus Kontortus Proksimal.
3. Uji glukosa
Adanya kandungan glukosa dalam urin dapat diketahui melalui perubahan warna yang terjadi setelah urin ditetesi 5 tetes benedict dan berubah warna menjadi merah bata. Namun, data yang didapatkan setelah urin ditetesi benedict ternyata berwarna hijau kebiruan, artinya urin yang diuji tidak mengandung glukosa. Adanya kandungan glukosa juga harus diperhatikan. Sama halnya dengan protein, jika urin mengandung glukosa maka ada masalah yang terjadi pada ginjal khususnya pada bagian Tubulus Kontortus Proksimal.
Dengan uji glukosa, juga dapat diketahui jika urin menghasilkan endapan maka orang yang urinnya diuji menderita diabetes. Hal ini berhubungan dengan pancreas karena pancreas menghasilkan sedikit insulin bahkan tidak, sehingga menyebabkan diabetes. Dari pengujian urin, didapatkan data bahwa urin yang diuji tidak terbentuk endapan yang artinya orang yang urinnya diuji tidak menderita diabetes.
4. Uji Bj
Berat jenis pengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin. Spesifik grafitasi antara 1,001 – 1,035 efek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urin. Bj urin yang rendah menunjukan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus.
5. Uji Benedict
Pereaksi benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula pereduksi yang meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltose.
Saat uji protein, urin yang sudah dimasukan kedalam tabung reaksi ditetesi dengan 5 tetes biuret yang terbentuk dari NaOH dan CuSO4, kemudian urin yang sudah dicampur dengan biuret kemudian di kocok agar semua komponen tercampur rata. Namun pada saat pengujian protein ini urin yang ditetesi dengan biuret tidak berubah warna menjadi ungu, ini menunjukkan bahwa tidak ada kandungan protein pada urin.
Untuk pengujian glukosa, urin yang dimasukan kedalam tabung reaksi ditetesi dengan 5 tetes cairan Benedict, yang setelah itu dipanaskan selama 5 menit. Pada saat pengujian ini, urin yang sudah diberi benedict dan di panaskan tidak mengandung endapan merah bata, ini berarti di dalam urin tidak terkadung glukosa .
Untuk pengujian bau urin, pada saat urin baru dikeluarkan dari tubuh, urin masih belum berbau. Namun, ketika urin dipanaskan selama 5 menit dan kemudian di biarkan untuk beberapa saat urin menjadi berbau. Perubahan bau urin ini disebabkan oleh terkontaminasinya urin oleh bakteri-bakteri yang ada diudara. Bakteri ini mengubah zat-zat di dalam urindan menghasilkan bau yang khas terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea.
Pada saat normal pH urine dari 5-7, dan pada percobaan kali ini, pH urin yang dihasilkan rata-rata normal.
Ada beberapa warna yang membedakan urin satu dengan yang lain, diantaranya ada yang berwarna kuning keruh, kuning jernih, kuning pekat, dan putih jernih.
Urin yang berwarna kuning biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Zat warna normal dalam jumlah yang besar; urobilin, urokom
2. Zat warna abnormal ; bilirubin
3. Obat-obatan ; riboflavin (dengan fluoresensi hijau), cascara, santonin, senna. Zat-zat tersebut berwarna kuning dalam suasana asam.
Urin yang berwarna putih jernih biasanya adalah pertanda baik, namun berhati-hatilah jika hal ini terus menerus menjadi warna kemih. Itu artinya tubuh kita terlalu banyak menkomsumsi cairan. Umumnya urine yang dianggap sehat adalah urin yang berwarna kuning jernih, apabila ada urin yang berwana putih jernih biasanya dapat disebabkan oleh seringnya orang tersebut mengeluarkan urin atau yang biasa kita sebut dengan beser. Namun apabila urine berwarna kuning pekat atau kuning tua ini yang harus lebih diperhatikan, bisa saja orang yang memiliki warna urine seperti ini sedang dalam keadaan yang kurang sehat, atau sedang dalam keadaan dehidrasi. Atau juga dapat disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang mengandung racun yang berbahaya / beracun, sehingga hati berusaha keras menetralisir racun itu dan hasilnya zat warna empedu (hasil netralisir racun) yang menyebabkan warna urin menjadi lebih kuningUrin yang berwarna kuning pekat, Kondisi ini bisa jadi efek asupan obat-obatan tertentu yang masuk ke tubuh. Namun, ini tak bisa dianggap remeh. Sedangkan urin berabau pesing dapat disebabkan oleh Asupan cairan yang tidak cukup atau dehidrasi bisa menurunkan volume urine yang membuat bahan kimia semakin terkonsentrasi. Ketika asupan air berkurang maka terjadi perubahan drastis pada warna (menjadi lebih pekat) dan juga baunya (memiliki bau amonia yang kuat). Urin yang berbau pesing juga dapat disebabkan oleh makanan yang di konsumsi, apabila mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung rempah-rempah bisa jadii urine yang dihasilkan akan memiliki bau yang lebih pekat. Dan orang yang urinena tidak berbau dapat disebabkan oleh makanannya yang tidak banyak mengandung rempah-rempah.
BAB V
KESIMPULAN
Pemeriksaan urin melalui beberapa tahap :
Uji BJ, untuk mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memkatkan dan mengencerkan urin.
Uji benedict untuk mengetahui kandungan gula pereduksi dalam urin.
Tes carik celup, menggunakan pH indicator yang terdiri dari 3 tes yaitu, uji glukosa, uji protein, dan uji pH.
Pada uji makroskopis dapat disimpulkan pada 3 uji yaitu :
Uji warna
Warna urin normal seseorang adalah warna kuning pucat transparan, tidak gelap atau pekat. Jika warna gelap itu dipengaruhi beberapa factor.
Uji kejernihan
Pada uji kejernihan urin seseorang yamg normal akan jernih dan tidak keruh. Bila terdapat kekeruhan dapat mengandung nanah atau darah.
Bau urin
Bau urin ditimbulkan dari makanan yang dimakan, semakin sehat makanan yang dimakan maka bau urin tidak terlalu menyengat, karena makanan yang dimakan mempengaruhi bau urin seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Kidhri Muh, 2004. Biomedik 1. Makassar : Universitas Muslim Indonesia.
Sloane Ethel, 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Uliyah Musrifatul, 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Jakarta : Salemba Medika.
http,//. www. Google. com. Berat Jenis Urine . Diakses pada tangal 28 januari 2009.
LAMPIRAN